Views:
683
Incognito : Koboi Kembara
Aku berjalan berjejalan ditemani luka-luka laki-laki yang telah diperam kelam terungku kala bertamu diiringi bunyi-bunyi ledak.
Aku menyamar jadi memar usai terjerembap menyusun bunyi sunyi hujan bulan untuk ditadah wadah berupa sedepa ember Desember.
Aku bercerita berita hampar sampar melintang kencang menaungi remaja hingga raja tanpa menggubris lukis dinding pening bencana tak terduga.
Aku lelah membelah maut kalut mencari kilat cerawat guna terang pematang sebab belukar dan akar memuji ramah tanah penerima derma. read more
Views:
939
(Sebuah Catatan Perjalanan dari Makassar ke Enrekang)
Makassar, Jam 9 Pagi
Mataku masih buram saat melirik secarik absensi basa-basi
kusentuh layar ponsel, memotret kelakar pelepasan
boneka dan bantal tersisip paksa di celah tumpukan koper
aku akan kompromi dengan kantuk atau mengusirnya paksa
Seseorang membaca gegarisan gelimpang daun-daun di tanah
“perjalanan ini akan lancar saja”, sabdanya kala menjauhi kemudi
Maros, Jam 10 Pagi
Sebutkan tempat-tempat kita berseteru dulu
aku masih hapal merek kacamata yang kupecahkan read more
Views:
502
Sudah sebulan Wallace tinggal di Makassar. Ya, Alfred Russell Wallace. Penjelajah dan peneliti asal Inggris. Dia populer di mata para penduduk. Anak-anak orang Belanda menghadiahinya beratus-ratus kupu-kupu, bertangkai-tangkai bunga bahkan daun-daun tumbuhan. Sementara kaum pemuda Bugis sering membawanya ke hutan untuk berburu hewan. Wallace juga sering diundang ke pesta yang diadakan orang-orang Eropa. Biasanya dia datang dengan membawa beberapa kupu-kupu awetan untuk dijelaskan ke sesama tamu. read more
Kelas Literasi Paradigma Institute